Demineralisasi air adalah sebuah proses penyerapan kandungan ion-ion mineral di dalam air dengan menggunakan metode resin ion exchange. Air hasil proses demineralisasi biasanya digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, terutama untuk industri. Industri yang menggunakan air demin diantaranya adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), industri semikonduktor, dan juga industri farmasi. Untuk menghasilkan air dengan kualitas demin, diperlukan pengolahan air dengan menggunakan filter air demineralisasi yang membuat hasil akhirnya hanyalah air murni tanpa campuran unsur terlarut lainnya.
Sistem pengolahan air demineralisasi adalah sebuah proses penghilangan mineral dalam air. Diharapkan setidaknya dari proses filtrasi ini dapat menurunkan kandungan unsur terlarut dalam air seperti Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Banyak orang tidak menyadari bahwa air secara alami memiliki banyak kandungan mineral yang terlarut di dalamnya. Hal ini juga terjadi air hujan, air asin, maupun air tawar. Banyaknya kandungan mineral dalam air tidak selamanya baik untuk kesehatan makhluk hidup, bukan hanya manusia namun juga hewan. Sebagai upaya menghindari penyakit dari konsumsi air yang mengandung mineral berbahaya di dalamnya, banyak orang memilih menggunakan filter air demineralisasi untuk memurnikan air yang akan mereka konsumsi.
Fungsi dari alat demineralizer adalah kemampuan untuk membuat air murni yang dirancang tidak hanya untuk air yang akan dikonsumsi oleh manusia, tetapi juga untuk air yang akan digunakan untuk kebutuhan industri. Dalam kepentingan industri, air yang terlalu banyak mengandung mineral akan menyebabkan kerusakan pipa jika digunakan secara langsung tanpa proses demineralisasi. Kerusakan pipa biasanya disebabkan akibar adanya korosi dari mineral yang berkerak dan akhirnya merusak pipa.
Jadi dengan kata lain, demineralisasi adalah proses untuk menghilangkan mineral tertentu dalam air, seperti kandungan kalsium dan magnesium. Dalam prosesnya, dilakukan pergantian unsur dengan bantuan resin yang berisi anion dan kation sebagai pengikat unsur lainnya yang akan terjerap di dalam resin tersebut sehingga menyisakan kandungan air yang murni.
Penggunaan resin dalam proses filter air demineralisasi perlu diperhatikan, karena resin memiliki tingkat kejenuhan. Penggunaan resin dalam industri biasanya rutin diganti maksimal 1x dalam 1 minggu. Hal ini tergantung dengan seberapa banyak resin mengikat mineral-mineral yang akan terjerap. Jika resin sudah jenuh, maka perlu dilakukan regenerasi menggunakan larutan HCl cair (33%) untuk resin kation yang difungsikan sebagai kation exchanger (menukar semua kation dengan ion H+) atau menggunakan larutan NaCl cair jika resin kation difungsikan sebagai softener yang hanya dapat menukar ion Ca dan Mg dengan ion Na+. Namun, jika resin yang digunakan jenis resin anion maka dapat diregenerasi dengan larutan NaOH encer (40%).
Pada beberapa industri yang membutuhkan air demineralisasi, biasanya untuk menjaga kualitas air demin dilakukan beberapa tahap filtrasi. Mulai dari proses penyaringan primer seperti flokulasi dan koagulasi, desalinasi, hingga penggunaan ion exchanger. Hal ini dilakukan dalam proses filter air demineralisasi agar kualitas air yang dihasilkan benar-benar murni dan layak digunakan untuk aktivitas industri. Sehingga resiko kerusakan peralatan industri di lokasi tersebut dapat diminimalisir, seperti contohnya resiko terjadinya korosi akibat air yang memiliki salinitas terlalu tinggi.
Umumnya, dalam regenerasi resin yang digunakan pada proses filter air demineralisasi, dilakukan beberapa tahap seperti:
- Melakukan pencucian resin backwash
- Melakukan injeksi regenerant
- Mengalirkan air murni kedalam tabung filter dengan kecepatan yang sama pada tahap sebelumnya
- Bilas air dengan air demin dengan kecepatan yang sama pada proses treatment sampai air output dihasilkan
No responses yet